Social Change

"Betulkah Bergerak dari Masyarakat Tradisional ke Masyarakat Modern ?"


...realitas perubahan itu harus dihadapi secara “given” dan harus diterapkan “strategi” untuk menghadapinya. Jika perubahan sosial dengan krisis-krisis yang ditimbulkan itu tidak diantisipasi dengan baik akan menciptakan lahan yang subur bagi gejala-gejala radikalisme, fanatisme, sektarianisme, fundamentalisme, ensklusivisme ....(Adam B. Seligman, New York: 1992)


Manusia sebagai makhluk individu, tidak berada dalam keadan diam, statis dan puas terhadap apa yang diperolehnya, akan tetapi selalu bergerak, dinamis kearah perubahan pola hidup yang lebih baik dari sebelumnya. Manusia kemudian memiliki keinginan untuk selalu berubah kepada keadaan yang lebih baik. Realitas soasal membuktikan bahwa, kebutuhan manusia, pola hidup, budaya, adat istiadat, kebiasaan, hubungan kekerabatan dan seterusnya senantiasa mengalami perubahan. Perubahan tersebut terjadi disebabkan oleh pengaruh selain aspek psikologis terhadap kebutuhannya, juga dari semakin berkembang dan majunya pemikiran manusia yang secara spontanitas mempengaruhi jumlah dan tingkat kebutuhannya.

Bentuk dari perubahan tersebut kemudian dikenal dengan istilah modernisasi yang dipahami terbatas pada suatu perbandingan antara kondisi masyarakat yang maju dan modern dengan kondisi masyarakat terkebelakang dan tradisional. Modernisasi digunakan lebih banyak pada konsep yang “mencakup” ketimbang konsep “membedakan”. Konsep tersebut digunakan untuk meringkas fenomena masyarakat modern ketimbang membedakan antara kondisi non-modern dan modern. Hal tersebut disebabkan karena dari aspek kebudayaan dan peradaban sesunguhnya tidak dapat digeneralisasi tentang masyarakat yang berperadaban modern atau tradisional. (Robert H. Lauer, Persfektif tentang Perubahan Sosial ; 416).

Proses modernisasi seharusnya dipahami sebagai salah satu bentuk dari perubahan sosial yang terarah (direct change) yang didasarkan pada perencanaan atau “social planning”. (Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, 1990; 384) Modernisasi merupakan suatu bentuk atau kondisi masyarakat yang berubah secara terarah dan direncanakan sebelumnya, dan dapat dideskripsikan bentuknya kemudian. Modernisasi bersentuhan dengan seluruh aspek kehidupan masyarakat, yang didalamnya tidak dapat dipisahkan dengan proses disorganisasi, problem sosial, konflik serta hambatan-hambatan dalam perubahan tersebut. Berdasarkan pemahaman tersebut, maka modernisasi tidak mengarah pada perbandingan antara kebudayaan yang maju atau “Hight Cultural” dengan kebudayaan yang tertinggal, akan tetapi lebih kepada konsep mencakup ketimbang konsep membedakan.

Terhadap perubahan dan perkembangan ini, khususnya perubahan sikap maupun tatanan masyarakat sebagai akibat evolusi sebagaimana diingatkan John Naisbitt, (1994) bahwa perubahan akan menimbulkan benturan pola-pola hidup sosial tertentu. Proses modernisasi meskipun merupakan pola perubahan sosial yang terencana akan tetapi tetap menimbulkan dampak negatif dari apa yang telah direncanakan sebelumnya. Proses modernisasi telah menyebabkan terjadinya disorganisasi (disintegrasi) yaitu berpudarnya norma-norma dan nilai-nilai dalam masyarakat sebagai akibat dari sebuah perubahan. Selain hal tersebut, modernisasi juga akan mengakibatkan munculnya problem-problem sosial, yang dapat berupa konflik atau pertentangan. Apakah dengan kondisi dan kecenderungan masyarakat tersebut dianggap lebih modern dengan kondisi masyarakat yang ada sebelumnya.

Proses modernisasi yang berjalan secara cepat menyebabkan masyarakat tidak dapat melakukan reintegrasi terhadap pola perubahan yang terjadi yang menyebabkan terjadinya kontradiksi-kontradiksi kelas dalam masyarakat. Menurut Marx dengan meningkatnya kontradiksi-kontradiksi, maka perjuangan kelas akhirnya akan dimotori oleh “kaum punya” dan kaum tidak punya” terhadap penguasaan-penguasaan alat produksi. Jika kebutuhan minimal masyarakat terpenuhi, kebutuhan baru muncul, dan pemenuhan terhadap kebutuhan baru tersebut membutuhkan proses reintegrasi yang bermuara pada munculnya bentuk-bentuk produksi yang baru. (Materialisme Histori, Marx dan Angels).

Pada akhirnya perubahan sosial sesungguhnya merupakan upaya manusia menciptakan sejarahnya selama berjuang menghadapi lingkungan materialnya dan secara langsung terlibat dalam proses tersebut dan bergerak dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern untuk memenuhi kebutuhannya melalui kegiatan produksi (Marx). Akan tetapi penguasaan suatu kelas terhadap alat-alat produksi tidak kemudian menjadi indikator modern tidaknya kelas sosial masyarakat tersebut. Konsep tentang masyarakat modern atau tidak seusngguhnya “tidak ada”.

0 comments:

Posting Komentar